Sejarah Kota Semarang Jaman Dulu
Kota Semarang adalah ibu kota dari Provinsi Jawa Tengah, dan menjadi kota metropolitan terbesar nomor lima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan. Kota dengan keindahan panorama nya dan memiliki banyak objek wisata yang masih terjaga, inilah yang menjadi daya tarik bagi kota Semarang. Hal ini juga faktor yang menjdaikan kota ini sebagai kota pariwisata. Banyak para wisatawan dalam negeri maupun manca negara yang menjadikan kota Semarang sebagai destinasi kunjungan wisata. Kota semarang memiliki slogan pariwisata yaitu Port Of Java yang artinya Pelabuhan Jawa.
Kampus saya bernama ATVI (Akademi Televisi Indonesia) yang berlokasi di jalan Daan Mogot Jakarta Barat. Hampir satu bulan pihak kampus mensosialisasikan Tour Hunting Photography yang di selenggarakan setiap tahunnya, dan bertujuan untuk pengambilan nilai UAS (Ujian Akhir Semester) Program Study fotografi yang sudah dibentuk kelompok-kelompok nya. Tujuan destinasi wisata fotografi untuk ankatan saya kali ini yaitu angkatan ke XIII adalah Semarang, Ambarawa dan Pekalongan dan pelaksanaanya pada tanggal 26 sampai 29 Mei 2016 yang diikuti kisaran 150 orang mahasiswa.
Bertepatan hari Kamis tanggal 26 Mei 2016 seluruh mahasiswa diberitahukan untuk berkumpul di kampus pada pukul 14.00 WIB. Saya dan teman kelompok saya datang lebih awal untuk memeriksa kelengkapan peralatan kelompok kami. Waktu menunjukan pukul 14:00, kami berkumpul di depan kampus satu untuk mengambil baju seragam berwarna merah yang bertuliskan “Yuk ke Semarang” untuk digunakan sesampainya di Semarang. Sehabis pemberian baju, kami langsung diberi pengarahan sekaligus pelepasan oleh pihak kampus. Setelah pelepasan kami langsung menuju parkiran studio 5 Indosiar, karena bus telah menunggu. Ada empat unit bus mewah yang disediakan oleh pihak kampus untuk menemani perjalanan kami. Satu persatu mahasiswa mulai menaiki bus, diatas bus saya ada pak Hermanto dan mas Ade selaku pembimbing dari pihak kampus.
Waktu menunjukkan pukul 15:00, bus mulai di hidupkan dan kami langsung diambil alih oleh dua orang pemandu wisata yang baik dan ramah yaitu kak Ghozi dan Astrid. Setelah kami berdo’a mobilpun beraangkat. Disepanjang perjalanan anak-anak bercengkrama satu sama lainnya, tawa dan canda mewarnai sepanjang perjalanan kami. Kiri- kanan terlihat hamparan pemandangan pohon-pohon yang indah, saya duduk di depan bersama teman-teman dari organisasi saya yaitu BROPELA (Broadcast Pecinta Alam) yang kebetulan seluruhnya berada di dalam satu bus yang sama, kami di beri kepercayaan penuh oleh mas Ade dan pemandu wisata untuk membantu mereka mengkordinir teman-teman lainnya.
Kurang lebih enam jam di perjalanan, sekarang kami berada di daerah Cirebon, kami singgah di restoran Pringsewu untuk makan malam, anak-anak mengantri untuk mengambil makanan yang telah tersedia. Sehabis makan anak-anak berkumpul dan bercengkrama satu sama lainnya ditengah sejuknya malam Cirebon, ada juga yang berfoto-foto disekitar rumah makan. Setelah selang satu jam, kami melanjutkan perjalanan menuju kota Semarang, di perjalanan suasana yang sebelumnya ramai menjadi sepi dan hanya terdengar suara dengkuran dari beberapa anak yang sudah tertidur pulas. Sayapun memutuskan untuk tidur juga.
Tiba-tiba kami dibangunkan oleh suara microphone, ternyata kami telah sampai di tempat tujuan destinasi wisata pertama kami yaitu Masjid Agung Semarang. Jam menunjukan pukul 07:00 WIB. Setelah kurang lebih lima belas jam di perjalanan, badan terasa lelah dan pegal-pegal karena duduk terlalu lama, tapi semuanya seolah terbayarkan oleh keindaahan Masjid Agung tersebut. Kami langsung mengganti pakaian dengan baju yang telah diberikan, lalu bergegas turun dari bus untuk mengambil foto. Saya dan teman kelompok mulai mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam pengambilan gambar seperti: kamera, tripod, lensa fix, tele, wide dan lain-lainnya, tidak sulit untuk kami sekelompok untuk berinteraksi karena kami semua berada di dalam satu bus.
Kelompok saya terdiri dari empat orang yaitu Nathali, Ivan, Septian dan saya sendiri. Kami mulai mengeliling Masjid Agung tersebut, kami mulai mengambil foto dengan kamera masing-masing, awalnya kami terlalu terpaku oleh keindahan dan kemewahan arsitektur dari Masjid Agung ini, tetapi sebenarnya tugas yang diberikan kepada kami kelas Jurnalistik yang lebih mengarah kepada Human Interest.
Setelah banyak mengambil foto arsitektur, tidak sulit bagi saya untuk mencari foto yang berbau Human Interest dikarenakan pagi itu masjid dalam keaadaan sedang ramai, ada yang berolah raga dan banyak yang lainnya. Saya sangat mengagumi masjid ini, arsitektur bangunan nya adalah campuran dari Jawa, Arab dan Romawi, memiliki emapat buah menara dan satunya terpisah yang di namakan menara Asmaul Husna. Setelah puas berfoto kami sarapan pagi dengan nasi kotak yang telah disediakan.
Sehabis dari Masjid Agung kami langsung berangkat menuju objek wisata yang ke dua yaitu Museum Kereta Api Uap Ambarawa. Perjalanan menuju museum menghabiskan memakan waktu kurang lebih dua jam. Sesampainya di adalah sebuah stasiun kereta api uap yang sudah dialih fungsikan menjadi museum. Meskipun sudah dialih fungsikan, museum ini masih memiliki beberapa kereta yang masih berfungsi dengan baik dan menjadi kereta wisata.
Di saat bersamaan ada rombongan anak sekolah dasar yang sedang Study Tour di museum tersebut. Hal tersebut sekali lagi menjadikan tugas kami dalam mengumpulkan foto tidak terlalu sulit. Yang membuat kami semakin senang, saya dan teman-teman yang lainnya juga diperbolehkan menaiki kereta api uap, rombongan dibagi menjadi dua gelombang, gelombang pertama sudah selesai, sekarang giliran saya dan anak-anak di gelombang ke dua. Keretapun mulai memanggil dengan bunyi dari uap dan sekaligus menandakan keberangkatan kami, di sepanjang perjalan kami di suguhkan dengan pemandangan yang indah, bukit-bukit yang menjulang tinggi kearah langit, dan hamparan sawah yang luas, bapak dan ibu petani yang terlihat sedang bekerja menggarap sawahnya, mereka terlihat sangat ramah memberi lambaiyan tangan sembari tersenyum kearah kami begitu pula dengan warga yang tinggal di sekitar rel tersebut.
Setelah sampai di stasiun pemberhentian kamipun turun, para awak kereta mengisi bahan bakar yang berupa kayu dan memberi oli di setiap celah rodanya, betapa di manjakan kereta yang sudah berusia sangat tua ini. Setelah selesai sesi perawatan, kami kembali menuju Stasiun Ambarawa. Sesampainya kembali ke Stasiun Ambarawa semuapun beristirahat.
Setelah beristirahat kami dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Candi Gedong Songo, berlokasi di lereng Gunung Ungaran yang tidak terlalu jauh dari Stasiun Ambarawa. Di karenakan bus tidak sanggup menaiki lereng Gunung Unggaran, bus terpaksa harus ditinggalkan, kamipun beralih ke kendaraan yang lebih kecil yaitu oplet. Sesampainya di atas, kami turun dari oplet dan masuk ke dalam kawasan candi, Candi Gedong Songo ini adalah candi peninggalan sejarah budaya Hindu, setelah masuk saya langsung disambut dengan kuda-kuda yang disewakan untuk pengunjung yang tidak kuat untuk berjalan kaki, harganya juga relatif murah. Di dalam terdapat enam buah candi. Disini saya berpencar dengan teman kelompok saya, dikarenaka area candi yang sangat luas. Saya berjalan dengan teman pecinta alam saya. Candi-candi disini sangat terjaga, di sekitar taman bunga banyak tulisan-tulisan yang sangat inspiratif salah satunya adalah, “Luangkan waktumu untuk mengenal Tuhan”. Saya sangat menikmati perjalanan hingga candi yang ke enam.
Sesampainya di atas saya teridiam dan terkesan, disinilah tempat yang paling membuat saya merasa sangat kecil, udaranya yang sangat segar dan bersih, saya hanya bisa terkagum-kagum dengan keindahan yang telah diciptakan Tuhan.
Tiba-tiba kabut mengacaukan pandangan dan angin bertiup dengan kencang, seketika hujanpun turun dengan lebat, semua langsung berhamburan turun karna takut kamera akan basah, sedangkan saya berteduh di pos yang terletak sedikit di atas dari candi ke enem tersebut. Sembari menunggu hujan reda, saya dan teman-teman bercerita sambil menikmati pemandangan di sekitar.
Hujan reda dan kabut mulai menghilang, saya tidak menyangka, dari atas ternyata sangat terlihat jelas tiga buah gunung yang berdiri sejajar, dan disebut dengan julukan Triple S, yaitu Gunung Sindoro, Sumbing dan Slamet. Saya bercita-cita suatu saat akan menaiki ketiga gunung tersebut.
Tidak lama terdengar panggilan dari bawah untuk berkumpul makan, hanya sedikit yang tersisa di atas, kami bertiga langsung berlari menuruni lereng gunung yang lumayan licin tersebut. Saat tiba di bawah kami langsung menyantap makanan yang telah disediakan. Setelah makan kami melanjutkan perjalanan ke hotel Citra Dream untuk beristirahat. Sesampai nya di hotel saya tidak beristirahat melainkan langsung berjalan-jalan dengan teman-teman yang lain.
Ternyata hotel kami terletak di jantung Kota Semarang, tidak jauh dari hotel terdapat tugu muda yang berbentuk segi lima yang dikelilingi air mancur dan taman bunga. Letak tugu ini tepat di depan Lawang Sewu. Di pusat kota ini, terlihat jelas pengendara disana sangat tertib dan mematuhi rambu lalu lintas. Setelah puas berjalan, kami memutuskan kembali ke hotel untuk beristirahat.
Malam berganti pagi, saya dan teman sekamar yang lainnya ketinggalan bus yang telah berangkat ke kota lama, karena kesiangan, begitu pula dengan sebagian anak-anak yang lainnya. Lalu kami menyusul dengan menggunaka metro mini menuju kota lama. Kota lama adalah sepenggal peninggalan sejarah yang ditinggal para menir-menir Belanda karena kalah berperang melawan rakyat Indonesia. Di kota lama juga terdapat Gereja Belenduk yang sudah ada sejak zaman Belanda.
Sehabis dari Kota Lama kami kembali ke hotel untuk sarapan pagi dan mengemas barang bawaan masing-masing. Setelah semua nya selesai, kami langsung berangkat menuju Klenteng Sam Poo Kong. Klenteng Sam Poo Kong memiliki arsitektur China yang indah dan berwarna merah, saya merasa seperti sedang berada di China.
Klenteng ini adalah tempat beribadah sekaligus tempat berziarah bagi umat Hindu. Klenteng ini di dirikan untuk pemujaan bagi Laksamana Ceng Hoo yang merupakan seorang muslim, tetapi Kong Hu Cu menganggapnya sebagai dewa. Setelah puas mengambil foto di Klenteng Sam Poo Kong, kami melanjutkan perjalanan terakhir menuju Lawang Sewu.
Lawang Sewu adalah sebuah gedung megah berwarna putih yang memiliki banyak sejarah. Gedung ini juga menjadi bukti Belanda menguasai segala akses pemerintahan dan perdagangan di Kota Semarang pada waktu itu. Saat saya mengelilingi Lawang Sewu banyak terlihat dokumen-dokemen yang berisikan foto dan sejarah dari Lawang Sewu tersebut. Ditengah halaman musisi jalanan memanjakan para wisatawan dengan membawakan lagu-lagu nya.
Tidak terasa kami sudah akan meninggalkan kota semarang, sangat berat bagi saya untuk meninggalkan kota ini, tapi mau bagaimana lagi karena waktu tour ke Semarang telah berakhir. Kami melanjutkan perjalanan menuju Pekalongan untuk bermalam di Hotel Sendang Sari. Sesampai nya di hotel, saya mempunyai inisiatif untuk mengadakan malam ke akrabran untuk angkatan XIII, awalnya saya berkonsultasi dengan teman-teman Bropela dan mereka setuju.
Kami mulai mengajak satu persatu anak-anak untuk berkumpul di tengah lapangan, dengan bermodalkan gitar, kopi, cemilan dan alat masak outdoor. Akhirnya sebagiananak memberi tanggapan positif dan bergabung bersama sambil menyanyi dan bercengkrama bersama. Malam semakin larut tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul satu dini hari, kami memutuskan untuk mengakhiri malam kami karena besok pagi sudah bergegas kembali ke Jakarta.
Pagi telah tiba, kami melanjutkan kembali perjalanan menuju ke Jakarta. Sebuah pengalaman berharga bisa megunjungi kota-kota tersebut, perjalanan wisata selama empat hari ini memberi saya pengajaran akan situs warisan budaya di Indonesia terutama di Jawa Tengah. Dan yang paling terpenting adalah kami bisa membangun kekeluargaan antara satu sama lainnya.
Komentar
Posting Komentar